Analisis Dampak Lingkungan Tentang Asap
DAMPAK KABUT ASAP TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Kabut asap yang diakibatkan
oleh kebakaran hutan seperti yang sering terjadi di Indonesia terutama yang
saat ini sedang melanda daerah Riau, Jambi, Palembang dan daerah sekitarnya
dapat menyebabkan dampak buruk sekaligus berbahaya terhadap kesehatan. Dampak
yang paling parah dari pengaruh kabut asap ialah penyakit radang paru paru yang
dikenal dengan paru paru basah ( pneumonia ) ron hadir dalam tubuh Anda. Nah,
jika radang paru paru sudah masuk ke dalam tubuh Anda, maka dalam jangka waktu
yang tidak lama lagi Anda akan terkena peradangan selaput otak
( meningitis ), bahkan dalam kasus terparah ialah kegagalan pernafasan.
Sedangkan dampak dan bahaya kabut asap yang paling sering terjadi ialah infeksi
saluran penfasan akut ( ISPA ). Dalam catatan Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi), sudah 13 orang yang meninggal akibat infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dan dua orang lainnya meninggal karena terhalang jarak pandang.
Dari catatannya, secara keseluruhan sudah ada 15
orang, dimana yang 13 orang meninggal di antaranya lantaran menghirup asap
sehingga terkena ISPA. Mereka tersebar di wilayah Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Barat (Kalbar). Berikut ini
beberapa dampak ronchit dan bahaya kabut asap bagi kesehatan (dikutip
dari http://dinkes.barito kualakab.go.id).
BAB II
LATAR BELAKANG
Secara umum kabut asap dapat mengganggu kesehatan semua orang,
baik yang dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit. Pada kondisi
kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gangguan kesehatan
akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan gangguan
paru dan jantung, lansia, dan anak-anak. Berikut ini dampak akibat gangguan
asap bagi kesehatan kita:
1. Kabut asap dapat
menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan
reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.
2. Kabut asap dapat
memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis
kronik dan sebagainya.
3. Kemampuan kerja
paru menjadi berkurang dan menyebabkan seseorang mudah lelah dan mengalami
kesulitan bernapas.
4. Bagi mereka yang
berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun yang mempunyai penyakit kronik,
dengan kondisi daya tahan tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat
gangguan kesehatan.
5. Kemampuan dalam
mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan menjadi berkurang, sehingga
menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6. Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, terutama karena ketidak
seimbangan daya tahan tubuh (host),
pola bakteri/virus penyebab penyakit (agent)
serta buruknya lingkungan (environment).
Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga
Aditama berbagi tips untuk melindungi diri dari risiko gangguan kabut asap.
Menurutnya, ada delapan hal yang bisa dilakukan, Yakni:
1. Sedapat mungkin Hindari atau kurangi aktivitas di luar
rumah/gedung. Terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan
pernafasan.
2. Jika terpaksa pergi ke luar rumah/gedung maka sebaiknya
menggunakan masker.
3. Minum air putih lebih banyak dan lebih sering 4. Bagi yang telah
mempunyai gangguan paru dan jantung sebelumnya, mintalah nasihat kepada dokter
untuk perlindungan tambahan sesuai kondisi. Segera berobat ke dokter atau
sarana pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami kesulitan bernapas atau
gangguan kesehatan lain.
4.Selalu lakukan
perilaku hidup bersih sehat (PHBS). Seperti makan bergizi, jangan merokok,
istirahat yang cukup dan lain-lain.
5. Upayakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam
rumah/sekolah/kantor dan ruang tertutup lainnya.
6. Penampungan air minum dan makanan harus terlindung baik.
7. Buah-buahan dicuci sebelum dikonsumsi. Bahan makanan dan minuman
yang dimasak perlu di masak dengan baik.
8. Dampak yang ditimbulkan
kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak
terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari
kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang
terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut
mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap
ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta
dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi yang diantaranya meliputi: Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap
yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas
manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan
dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. Hilangnya sejumlah mata
pencaharian masyarakat di sekitar hutan; Selain itu, bagi masyarakat yang
menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan
berarti hilang pula area kerja (mata pencarian). Meningkatnya hama; Kebakaran
hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga
spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol.
Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang
kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan
menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain. Terganggunya kesehatan;
Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx,
dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia,
antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi
mata, dan lain-lain. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan
biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk
merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan
masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara. Menurunnya devisa
negara.
Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari
kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan
terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya
produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa
negara. Kebakaran Hutan Dampak kebakaran hutan sangat komplek Dampak Terhadap
Ekologis dan Kerusakan Lingkungan.
Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi
dan lingkungan yang diantaranya adalah: Hilangnya sejumlah spesies; selain
membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup
sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam
punah akibat kebakaran hutan. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai
penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan
lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin
sekalipun. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami
perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang. Penurunan kualitas
air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis.
Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan
menyerap dan menyimpan air hujan. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan
asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan
menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon.
Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan
global. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan
mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan. Meningkatnya bencana alam;
Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas
bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat. Dampak Terhadap
Hubungan Antar Negara; Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan
hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain
bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan
Brunei Darussalam.
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan
pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya
seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya,
terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat
pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional. Mengingat sedemikian
kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita
semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan kesadaran akan
bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.
BAB III
Indeks
Standar Pencamaran Udara
Indeks Standar Pencemar Udara ( Air Pollution Index) adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan
seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya
terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam
atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap
kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
Tabel Parameter Dasar untuk Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU) dan Periode Waktu Pengukuran
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Catatan :
1. Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran. 2. ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya). 3. Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB). 4. ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl 15.00 tgl (n) sampai pkl 15.00 tgl (n+1)) |
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Di Indonesia ISPU
diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)
Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Tabel Indeks Standar Pencemar Udara
ISPU
|
Pencemaran Udara
Level |
Dampak kesehatan
|
0 - 50
|
Baik
|
tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.
|
51 - 100
|
Sedang
|
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
|
101 - 199
|
Tidak Sehat
|
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang
peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
|
200 - 299
|
Sangat Tidak Sehat
|
kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang terpapar.
|
300 - 500
|
Berbahaya
|
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan
kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan
sakit tenggorokan).
|
BAB IV
Realita Lapangan
Polusi asap Asia Tenggara 2015 adalah pencemaran udara
oleh kabut dan asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di provinsi Riau, Jambi dan Sumatra Selatan di Pulau Sumatra dan juga Pulau Kalimantan, Indonesia dari Juni 2015 hingga saat ini. Pada 14 September
2015, keadaan darurat ditetapkan di provinsi Riau dikarenakan
tingkat pencemaran yang melebihi batas berbahaya. Dilaporkan ribuan warga
terpaksa keluar dari ibukota Pekanbaru, terutama anak-anak dan ibu hamil. Selain di Pulau Sumatra, kabut
asap juga dirasakan di Kalimantan, Singapura, dan Malaysia.
Kombinasi kebakaran hutan dan musim kemarau menyebabkan polusi asap
terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, terutama di provinsi-provinsi yang
pembakaran lahan ilegal dilakukan secara rutin untuk melakukan peladangan.Pembebasan lahan
untuk ditanami kelapa sawit merupakan salah satunya. Hampir sepanjang tahun hal
ini berkontribusi besar pada jumlah polusi yang dihasilkan.
Pada tanggal 14 September 2015, Indeks Standar
Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru, Riau mencapai 984 psi yang jauh berada
diatas batas kualitas udara sehat yang seharusnya lebih kecil dari 50 psi. Pada tanggal 15 September Indeks Pencemaran Udara di Kuala Selangor, Malaysia mencapai angka 200.
Sekolah-sekolah di Kota Pekanbaru, Riau terpaksa
meliburkan siswa untuk menghindari bahaya kesehatan untuk siswa. Pada 15 September 2015, pemerintah di
Malaysia memerintah kan penutupan sekolah-sekolah di Kuala Lumpur, Selangor, Melaka dan Negeri Sembilan.
Pada tanggal 14 September 2015, 70 penerbangan
di Bandar Udara Internasional Sultan
Syarif Kasim II di Pekanbaru, Riau dibatalkan
karena kabut asap. Walaupun demikian otoritas bandar udara belum menutup
seluruh aktivitas bandar udara. Polusi
asap menyebabkan penundaan dan pembatalan penerbangan "setiap hari"
di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan,Kalimantan Timur.
Pada 14 September 2015, tingkat polusi di Singapura mencapai rentang
"sangat tidak sehat" menurut National Environment Agency negara tersebut. Asap tebal dan bau hangus
meliputi negara ini, dan berbagai kegiatan luar ruangan harus dibatalkan.
Panitia GP
Formula 1 Singapura, yang dijadwalkan pada 20-22 September, juga memantau
perkembangan ini dengan ketat.
BNPB juga telah mengerahkan 19 helikopter water booming, 4 pesawat hujan buatan, peralatan pompa air, masker,
serta bantuan dana operasional. Hingga kini, sudah ada tiga provinsi yang telah
menyatakan status tanggap darurat yakni riau, jambi, dan Kalimantan tengah.
Sementara sumatera selatan, Kalimantan barat, dan Kalimantan selatan masih
dalam siaga darurat.
BAB V
KESIMPULAN
- Kabut
asap adalah kumpulan asap dan kabut yang bercampur
menjadi satu kesatuan. Yang memiliki nilai kandungan halimun airnya lebih
besar dari 0,1 Milimeter. Kabut bisa terbentuk ketika kelembaban relatif udara
sudah mencapai 100%”
- Secara umum kabut asap dapat
mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun dalam
kondisi sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami
gannguan kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada
orang dengan gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.
- Kabut asap berdampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap
hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar